Selasa, 09 Januari 2024

Teknologi AI melawan serangan Cyber

Sidoarjo, 09 Januari 2024

CyberNews - Data is the new oil. Minyak baru. Mereka menjadi bernilai dan diburu, baik dengan cara-cara legal maupun ilegal. Maka dari itu, serangan siber terutama terkait kebocoran data kini menjadi isu pertahanan nasional di tiap negara. ADVERTISEMENT Untuk itu, teknologi artificial intelligence (AI) generatif, di samping kemampuannya melakukan pekerjaan ‘remeh’, nyatanya dirancang mampu mengatasi serangan siber. Hal ini diungkapkan Mark Johnston, Director Office of the CISO, Asia Pasific, Google Cloud dalam Google Cloud Gen AI SEA Media Summit 2023, di Singapura, Selasa (17/10/2023). Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan dengan pengguna internet terbanyak secara global. Namun di tengah berkembangnya digitalisasi di kawasan itu, justru membuat Asia Pasifik menduduki peringkat teratas dua tahun berturut-turut dengan serangan siber terbanyak yakni 31 persen dibanding kawasan lainnya pada 2022 dan 26 persen di 2021. Dalam konteks Indonesia, kebocoran data masif terjadi. Bahkan, Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) menyebut negara ini memiliki kasus kebocoran data terburuk se-Asia Tenggara. Pada 2019 data pribadi penumpang Malindo Air (anggota Lion Air Group) bocor. Lalu pada 2020, data 15 juta pengguna Tokopedia bocor. Masih di tahun 2020, enam persen data milik Bank Indonesia, 17 juta data pelanggan PLN, serta 690 ribu data pengguna vaksin pun diduga bocor dan diperjualbelikan. Lain itu, kabar bocornya 26 juta data histori browsing pengguna IndieHome juga sempat menggegerkan masyarakat Indonesia. Warsa 2021, data pengaduan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), data 2 juta nasabah asuransi BRI Life, data 1,3 juta pengguna eHAC, data pasien Covid-19, dan data 279 juta pengguna BPJS Kesehatan diduga bocor dan diperjualbelikan di dunia maya. Terbaru, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan dugaan bocornya 1,3 miliar data pengguna kartu prabayar. Total, data pengguna di lebih dari 21 ribu perusahaan di Indonesia diduga bocor. Total terdapat 112 kasus dugaan pelanggaran perlindungan data pribadi yang dicatat Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam kurun 2019 hingga 2023. Sebanyak 3 kasus terjadi di 2019, kemudian kasus meningkat signifikan di tahun berikutanya yakni, 21 kasus di 2020, 20 kasus di 2021, 35 kasus di 2022, dan 33 kasus di 2023. Dari 112 kasus, 99 di antaranya merupakan kasus kebocoran data pribadi, 3 kasus pengumuman data pribadi, 3 kasus pengungkapan data pribadi kepada pihak yang tidak sah, 2 kasus pengumpulan data pribadi yang berlebihan serta lima kasus lainnya. Dalam data tersebut, diketahui pula sebanyak 76 kasus merupakan penyelenggara sistem elektronik (PSE) swasta, sisanya atau 36 kasus merupakan PSE publik. Dengan masifnya serangan siber tersebut, urgensi pengembangan keamanan siber menjadi sebuah keniscayaan. AI Bisa Cegah Serangan Siber Johnston menyebut saat ini terdapat tiga tantangan utama pada keamanan siber dalam 10 tahun terakhir. Pertama, meningkatnya serangan siber secara global. Google mencatat ada kenaikan signifikan hingga tujuh kali lipat dari 781 kasus kebocoran data di 2012 dengan nilai 146 miliar dolar AS menjadi sekitar 6 ribu kasus di 2022 senilai 6 triliun dolar AS. Sementara itu, diperlukan waktu 33 hari agar dapat mendeteksi aktor jahat yang mengancam keamanan siber (dwelling time). Kedua, dibutuhkan kerja yang tak ada habisnya untuk dapat membuat sebuah sistem keamanan data. Riset Google menyebut ada kenaikan 13 kali lipat pada perusahaan keamanan siber dari 2 ribu perusahaan di 2012 menjadi 26 ribu perusahaan pada hari ini. Selain itu, dibutuhkan sekitar 200 ribu jam dalam setahun untuk merespons serangan siber. Tantangan ketiga, kurangnya tenaga kerja terlatih. Pada 2012, hanya dibutuhkan 1,5 juta tenaga untuk pekerjaan keamanan siber, sementara kasus serangan siber terus meningkat. Kebutuhan itu meningkat dua kali lipat pada saat ini menjadi 3,5 juta. Lima puluh persen karyawan di Asia Pasifik bahkan mengidentifikasi bahwa keamanan siber adalah keahlian yang wajib dimiliki saat ini. 


(MDA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aksi Bela Palestina Bersama Umsida

Sidoarjo- 7 Mei 2024 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo menggelar aksi bela Palestina yang dilaksanakan di la...