Tanggulangin, Sidoarjo (Jumat, 22 Desember 2023) |
SIDOARJO, JAWA TIMUR – Desa Randegan, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, terkenal akan mitosnya yang unik, yaitu dilarang menjual nasi, baik di dalam desa atau di luar desa (bagi penduduk asli). Terdengar unik, namun itulah kepercayaan warga setempat. Mitos ini dipercaya berawal dari kepercayaan zaman dahulu, yakni animisme dan dinamisme. Tak dapat disebut secara pasti sejak kapan mitos itu ada dan dipercaya. Dilansir dari beberapa sumber, ada yang mengatakan jika pada zaman dahulu saat nenek moyang (warga setempat menyebutnya sebagai “danyang-danyang”) Desa Randegan berjualan nasi, mereka tidak ingin ada yang menyaingi usaha mereka sampai saat ini, atau bagi mereka yang nekad berjualan nasi, maka nasib buruk akan menimpa seperti ada keluarga yang meninggal, tertimpa musibah, kecelakaan dan hal-hal lain yang tak diinginkan.
“Jadi jika kalian menyusuri sepanjang jalan Desa Randegan, kalian tidak akan menemukan warung nasi atau warung rujak ulek, karena itu adalah pantangan” ujar Herlian. “Bahkan jika ingin membuka usaha catering untuk pengajian dan semacamnya, pengusaha tersebut dilarang untuk menjual beli kan nasi dan beras, sehingga konsumen yang akan membawa beras mereka sendiri dan diserahkan kepada pengusaha catering tersebut” lanjut Herlian. Kedua pernyataan tersebut juga relevan dengan apa yang terdapat di artikel yang apabila warga setempat melanggar mitos tersebut maka banyak hal buruk akan menimpa dan rezeki akan tertutup. Begitu pula dengan konsumen yang ingin berlangganan catering nasi kotak, mereka tidak membayar nasi atau beras nya, namun mereka membayar jasa pengusaha atas pengolahan catering tersebut.
Warga setempat menyebutkan bahwa ada cerita dari Bapak Ghuffron yang merupakan Mudin Desa Randegan jika teman beliau meninggal karena nekat melanggar mitos tersebut dengan membuka usaha nasi bebek dan ayam goreng yang mana sudah diingatkan oleh warga desa beserta aparat desa namun peringatan itu diabaikan begitu saja karena usaha nya sangat laris. Namun kemudian ada banyak musibah yang menimpa dan tidak lama meninggal.
“Memang semua itu kehendak Allah, tetapi sejauh ini bagi setiap warga yang melanggar akan ada banyak hal tak diinginkan terjadi mulai dari keluarga yang tertimpa musibah seperti kematian mendadak sekeluarga, kecelakaan, hingga hewan ternak seperti sapi/kambing yang dimiliki pelanggar pun juga akan terkena musibah” ujar Herlian. Herlian juga menyebut bahwa jika kita menyusuri sepanjang jalan Desa Randegan, warung makan yang ditemui pasti didominasi oleh warung mie ayam dan bakso.
“Saya disini sebagai pendatang, namun memang mitos tersebut dikatakan warga kalau sudah ada sejak lama dan sangat dipatuhi karena memang pernah ada korban meninggal tidak lama setelah nekat melanggar mitos tersebut dengan membuka usaha menjual nasi” ujar Mbak Yuli, warga pendatang yang membuka usaha mie ayam.
Mbak Yuli membenarkan bahwa memang warung makan di Desa Randegan yang sering ditemui adalah warung mie ayam dan bakso. Baginya memang membuka usaha mie ayam merupakan sebuah tantangan mengingat jarak antar warung mie ayam satu dengan yang lain tak begitu jauh. Namun iamenyebutkan jika sejauh yang ia tahu tidak ada warung makan yang terlalu sepi ataupun terlalu ramai. Terkadang ada salah satu warung makan yang lebih ramai, namun itu tidak membuat warung makan yang lain menjadi sangat sepi.
“Disini lucu nya itu, kalau satu warung ramai, semua warung juga ramai. Kalau satu warung sepi, semua juga ikut sepi,” ujarMbak Yuli. “contohnya saya kan disini buka warung mie ayam, di depan saya ada yang jual martabak dan sebelahnya ada bakso, tepat di sebelah saya ada yang jual sate. Kalau salah satu warung disini ramai, semuanya juga ramai,” tambahnya.
Warga setempat menyebut bahwa mitos yang beredar memang terdengar tidak logis, namun mereka juga enggan apabila disuruh untuk mencoba melanggar, mengingat telah terdapat korban atas pelanggaran mitos tersebut.
Mitos tersebut dan aturannya sudah turun temurun dan tersebar dari mulut ke mulut hingga sekarang. Sehingga warga pendatang pun akan mematuhi mitos tersebut karena akan selalu diingatkan warga desa tentang betapa bahayanya apabila mereka melanggar mitos tersebut.
(NA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar